SOTO KUDUS KAUMAN
Kesabaran membawa berkah[1],
sekian lama menjalankan profesinya sebagai kuli bangunan. Bos kontrakttor ini
tiba-tiba mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya. Namun usaha ini
jauh dari usaha yang sebelumnya yang berhubungan dengan puing-puing. Tapi ia
ingin mencoba peruntungan berjualan.
Entah apa isi kepala dari sang bos ini,
tiba-tiba dia ingin berjualan soto. Dari sanalah Ludi mencoba untuk menunjukkan kalau ia bisa mewujudkan keinginan
bosnya dengan modal pengalaman selama membantu Sito berjualan soto. Ludi dengan hati-hati meraciknya dan
mengkombinasikan bumbu-bumbu itu supaya tercipta rasa yang khas dan bisa
diterima oleh pengunjung/pelanggan. “kalau sudah cocok di lidahku, berarti ini
sudah cocok untuk lidah orang lain”.
Walhasil, dari hasil percobaan itu
akhirnya bisa diterima oleh bos dan dipercaya untuk membuka warung soto di ruko
berukuran 5x3 dengan biaya sewa 7 jt pertahun. Dari sebuh ruko kecil ini, hasil
racikan bumbu Ludi dipuji banyak orang. Menurut para pelanggan, soto buatan Ludi ini bisa memanjakan lidah.
Namun, pujian itu hanya sekedar pujian.
Pengunjung yang datang nampaknya kurang begitu ramai. Ludi sempat berpikir,
kenapa hal ini bisa terjadi, padahal rasa sotonya itu sangat pas untuk
dinikmati. Setelah dipelajari ternyata bukan masalah rasa, namun masalah letak
kios yang kurang strategis dan banyaknya pungli (pungutan liar).
Dari kejadian itu, ludi pun harus
mengerutkan kening. Karena pak MS memutuskan untuk mengakhiri kerjasama dengan
Ludi. Kejadian itu tidak lantas membuat Ludi mengurungkan niatnya untuk terus
berjualan soto. Ia terus membaca/melihat apa sebenarnya yang terjadi.
Berhari-hari ia pelajari, dan ternyata dari hasil yang bisa diambil, ternyata
letak usaha juga mempengaruhi maju dan tidaknya suatu usaha.
Hal lain yang bisa memajukan suatu
usaha adalah pentingnya usaha untuk melakukan promosi. Percuma jika kita
memiliki usaha tanpa adanya promosi yang memadahi. Setelah kedua permasalahan
itu bisa terbaca, akhirnya Ludi memutuskan untuk melanjutkan berjualan SOTO
KUDUS ini dengan modal yang sangat minim dari gajinya yang tersisa.
Perjuangannya untuk memulai usaha ini lagi tidaklah semudah membalikkan telapak
tangan. Ludi harus lari ke sana ke mari untuk mencari tempat yang strategis
untuk berjualan. Setelah berminggu-minggu akhirnya ia menemukan tempat yang
dianggapnya tepat. Yaitu diemperan swalayan di Meruya.
Dengan modal yang hanya cukup untuk
menyewa emperan dan perabotan ala kadarnya, ia pun memutuskan untuk menemui
Sito untuk meminjam angkringan. Dapatlah ia satu angkringan untuk memulai
berjualan soto. Kebingungan Ludi tidak berakhir sampai di sini. Ia dihadapkan
dengan bahan-bahan pendukung jualan belumlah terpenuhi. Bahkan ayam dan jeruk
nipis sebagai bahan utamanya tidak bisa dibeli.
Kembali ia harus memutar otak.
Bagaimana caranya supaya ayam itu bisa terbeli. Ia kembali ke Sito untuk
meminjam uang, dan ia mendapatkan pinjaman sebesar Rp 40.500,00. Setelah
semuanya lengkap, mulailah ia berjualan untuk pertama kalinya setelah tidak
bekerjasama lagi dengan pak MS.
Senang bukan kepalang yang Ludi terima
saat ini, ia merasa berhasil karena sotonya banyak yang menyambangi dan tidak
sedikit yang pesan sampai dua porsi. Tidak ada sedikitpun yang tersisa, dan
komentar dari para pelanggan rata-rata memuji sotonya.
Pujian
itu makin membuat hati Ludi bersemangat untuk terus berjualan. Disamping pujian
dari pelanggan, Ludi juga mengharapkan dapat saran atau masukan untuk
mengembangkan usaha sotonya itu.
Ramainya soto itu tidak hanya di hari
pertama berjualan. Namun berlanjut ke hari-hari berikutnya. Hari demi hari,
bulan demi bulan akhirnya ia merasakan sudah cukup mampu untuk menghidupi
adiknya (Karyo) dan meminta sang adik untuk kuliah dan mewujudkan cita-citanya.
Karyo pun memutuskan untuk mendatangi
Ludi yang membutuhkan tenaganya. Ia keluar dari tempat kerjanya yang semula dan
membantu Ludi untuk mengembangkan usaha sotonya itu. Dewi fortuna kembali
berpihak setelah dibantu oleh Karyo, soto kudus ini kembali mengalami
peningkatan. Sanga adik pun mempunyai ide untuk membuka cabang di tempat lain.
Ludi pun mengikuti saran dari Karyo.
Akhirnya ia membuka cabang. Dengan membuka cabang baru ini berarti Ludi
membutuhkan karyawan. Ia pun tidak mencari karyawan orang jauh-jauh, ia
berusaha mengambil karyawan dari tetangganya di kampong. Dengan harapan ia bisa
membantu perekonomian tetangganya itu. Daerah Kebayoran yang merupakan sasaran
utama untuk membuka cabang soto kudus ini. Dengan konsep yang sama seperti yang
ada di Meruya, ia kembali menyewa tempat di emperan swalayan.
Hasil dari usaha yang Ludi buka ini
jauh lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya. Mulai dari membayar kontrakan,
karyawan, dan yang terpenting adalah Karyo bisa melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Tidak seperti Ludi yang hanya lulusan sekolah
menengah atas.
Setelah
merasa cukup lama tidak membuka gebrakan baru, Ludi memutuskan untuk membuka
kembali cabang baru. Kali ini ia memilih tempat untuk membuka usaha di daerah
Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dengan cirri khas yang sama yaitu di emperan
Swalayan. Untuk cabang yang di pondok Labu ia percayakan kepada Anur adik
sepupu Ludi. Namun ini tidak bertahan lama, karena lokasi ini jauh dari
kontrakannya, sehingga kurang terkontrol dari pengawasan dan tempatnya pun
terlalu sempit.
Tutupnya cabang yang di Pondok Labu
tidak lantas membuat usaha soto ini lesu. Seiring dengan berjalannya waktu,
setelah berbulan-bulan menjalani usaha ini, seperti ketiban durian runtuh, soto
ini dijadikan salah satu menu untuk penyambutan tamu dari manca Negara di Hotel
Grand Hyatt.
Bukan hanya penghuni hotel berbintang
yang ketagihan dengan soto ini, sang pemilik pun kembali harus melayani
catering untuk acara-acara pesta, syukuran, arisan dan lainnya. Walaupun masih
dalam porsi yang kecil dan sederhana, tapi saya senang karena soto saya ini
bisa diterima oleh masyarakat yang lebih luas.
Namun saat Ludi sedang menjalani
manasik/bimbingan Haji ada permasalahan yang timbul terhadap usahanya. Salah
satu tempat jualannya yang merupakan tempat usaha pertama buka di Meruya
terpaksa ditutup. Karena swalayan berganti manajemen dan dua karyawannya Anur
dan Ali pulang kampung. Mereka pun hanya berjualan satu tempat di Kebayoran.
Namun walaupun hanya satu tempat, hasilnya masih bisa digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya dan membiayai kuliah Karyo, juga menggaji Basri.
“Tapi Karyo dan Basri
patut diacungi jempol, karena mereka berusaha sangat gigih dalam menjalankan
ini semua”.
Dari kegigihannya, soto
kudus di Kebayoran mampu bertahan dan bisa berkembang.
Pada suatu hari, tepatnya di warung
soto Kebayoran lama. Karyo bertemu dengan tetangga dari kampung bersama
adiknya. Sosok ini sangat baik hati, sederhana, bijaksana. SKN lah nama pemuda
itu, seseorang yang berpostur tinggi dan agak tonggos. Selain itu juga SKN ini
sangat pandai dalam hal agama. Ludi sendiri sangat mengagumi sosoknya.
Pertemuan itu bisa dikatakan membawa berkah tersendiri baik untuk SKN maupun
karyo. SKN mulai menceritakan perjalanan hidupnya mulai menjadi sopir yang
gajinya tidak tentu, terkadang juga tidur di Masjid, untuk makan saja juga
sangat kurang.
Cerita
SKN itu membuat Karyo terharu, ia pun memberitahukan kepada Ludi tentang hal
ini, akhirnya Karyo, Basri, dan Ludi memutuskan untuk mengajak SKN bersama-sama
mengembangkan usaha soto yang sudah dirintisnya. Dari sanalah mereka mulai
memikirkan nama untuk soto ini.
Sebelum
memutuskan untuk mengembangkan soto ini, kami sepakat untuk membuat sebuah
komitmen, yaitu tanpa adanya kecurangan dan berjiwa social. Ludi berpikir
orang-orang yang berjiwa sosial dan berperikemanusiaan pasti mempunyai keimanan
yang kuat. Ludi pun memutuskan agar yang bekerja di usaha soto kami adalah
orang-orang yang mempunyai iman, begitupun yang menikmati soto ini. Dan mampu
memberikan rasa aman dan berjiwa kemanusiaan.
Dari
pemikiran dan komitmen bersama, Ludi memberikan nama sotonya, SOTO KUDUS
KAUMAN. Artinya soto merupakan jenis makanannya, kudus kota asal makanannya
yang berarti suci juga memiliki arti halal dalam sajian kami. Sedangkan kauman
itu diambil dari kaumnya orang-orang beriman.
“Maka
pantaslah nama ini yang akan berkibar dengan kegigihan untuk mementaskan diri
dari kemiskinan dan menggodok para karyawan untuk bisa menjadi orang-orang yang
berkarya dan berjiwa sosial, dan yang lebih penting memanusiakan manusia”.
[1] Berkat, (juga
digunakan untuk merujuk kepada menganugerahkan seperti) adalah infus sesuatu
dengan kekudusan , rohani penebusan , kehendak Tuhan, atau harapan seseorang
atau persetujuan.
1 komentar:
cukup menginspirasi Kak, terimakaish atas informasinya...
Aplikasi Kasir Restoran Android
Posting Komentar